Facebook

Selamat Datang Di Blognya Dimas Taji Anggoro Rimbo Bujang Gooo!!!!!!! Terima Kasih Telah Mengunjungi Blognya Dimas Taji Anggoro Rimbo Bujang Gooo!!!!!!!

.

Petani,harga Karet Dan Sawit

Harga Karet Melorot, Petani Mengeluh
Harga Karet Anjlok, Petani Tahan Penjualan
Krisis, Kebun Karet di Sumsel dan Jambi Dijual Murah.Ratusan Ribu Hektar Lahan Karet Terbengkalai Krisis global mengakibatkan kinerja sub sektor perkebunan di Sumatera Selatan terus melambat sejak akhir 2008 hingga awal 2009. Hal itu terjadi karena petani komoditi karet dan kelapa sawit mengalami penurunan daya beli akibat pendapatan yang berkurang tajam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diungkap dalam Diskusi Pertumbuhan Ekonomi Sumsel dan Jambi,kinerja sektor pertanian saat ini menurun tajam hingga minus 20,5 persen. Tiga subsektor yang terkena imbas krisis paling parah adalah subsektor perkebunan, pengolahan nonmigas, dan subsektor perdagangan.
"Secara konkret, kegiatan industri dari hulu ke hilir untuk komoditi utama karet dan kelapa sawit lesu," kata Kepala Badan Pusat Statistik Najmuddin Thoha ( 34), Ketua Kelompok Tani Karet Desa Sembawa III , Banyuasin, mengatakan saat ini harga beli getah karet rakyat masih Rp 3.000-3.500 per kilogram. Harga jual serendah ini bertahan hampir empat bulan.
Situasi itu membuat Thoha beserta anggota kelompok bersepakat menahan penjualan. Jika ada petani yang terpaksa menjual, volumenya diturunkan. "Akibatnya, pendapatan petani karet belum membaik. Bagi yang punya sebidang kebun luas dua hektar, rata-rata pendapatan Rp 1-2 juta per bulan," kata Thoha.
Sumarjono Saragih, Ketua Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menambahkan, harga jual tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani saat ini hanya naik tipis yakni dari Rp 900 menjadi Rp 1.000 per kg. Baginya, harga itu masih tergolong rendah dan belum menguntungkan petani kelapa sawit .
Ekspor turun
Haslani menambahkan, penurunan produksi karet dan CPO telah menurunkan nilai dan volume ekspor sejak akhir 2008 sampai awal 2009 . Khusus CPO, katanya, bahkan tidak ada catatan transaksi ekspor selama dua bulan berturut-turut di akhir 2008.
Lesunya kinerja subsektor perkebunan karet dan CPO tersebut juga mengakibatkan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,1 persen di 2008 lalu. Dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 5,8 persen.

1 komentar:

Maryanto Raharjo mengatakan...

artikelnya bagus gan...
lanjutkan menulis.
/.
.
.
.
.
salam semangat
http://kabartebo.blogspot.com/2014/02/agar-karet-mahal.html

Posting Komentar

mohon tinggalkan komen....plisssse

Facebook

 
Powered by Blogger