Facebook

Selamat Datang Di Blognya Dimas Taji Anggoro Rimbo Bujang Gooo!!!!!!! Terima Kasih Telah Mengunjungi Blognya Dimas Taji Anggoro Rimbo Bujang Gooo!!!!!!!

.

Rahasia Dibalik Hati

Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
(Q.S. Al-Israa [17]: 72)
Suatu hari Carl Gustav Jung (1875-1961), seorang psikiater berkebangsaan Swiss, berkunjung ke Meksiko. Ia sempat berbincang-bincang dengan seorang kepala suku Indian Pueblo, Ochwiay Biano. Kata Ochwiay: “Orang kulit putih selalu menginginkan sesuatu; mereka selalu cemas dan gelisah. Kami tidak tahu apa yang mereka inginkan itu. Kami tidak memahami mereka. Kami rasa itu gila.” Jung kaget dan heran sebab orang kulit putih alias peradaban Barat semuanya dianggap gila. Dia baru menyadari bahwa orang kulit putih yang selama ini dirasakannya sebagai warna yang sentimental dan cantik, diserang titik rawannya oleh orang Indian. Orang Indian itu dianggap telah mengungkap kebenaran yang tidak diketahui oleh orang Barat. Jung bertanya pada Ochwiay: “Mengapa anda menganggap seluruh orang kulit putih itu gila?” “Karena mereka berpikir dengan kepalanya,” begitu jawabnya. “Tentu saja, lalu anda berpikir dengan apa?” Jung bertanya dengan keheranan. “Kami berpikir dengan ini,” katanya sambil menunjukkan ke arah dadanya.
Perhatikanlah apa yang disampaikan oleh orang Indian yang tidak mengenal Alqur’an itu. Mereka ternyata menggunakan dadanya untuk berpikir. Tentu saja, yang dimaksud adalah dengan hati. Otak hanyalah sebagaimana komputer, yang berfungsi sebagai input processor atau pengolah masukan, mengolah data mentah yang bersifat material, melakukan kalkulasi dan perhitungan. Sedangkan hati, menyediakan data yang bersifat kejiwaan atau psikologis, seperti perasaan kecewa, sedih, bahagia dan seterusnya. Di dalam Alqur’an Allah berfirman menyangkut hati: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada (Q.S. Al Hajj [22]: 46).
Hati merupakan kunci untuk memahami. Karena itu, di dalam banyak ayat-Nya, Allah sering menyebut kata buta, tuli dan bisu. Yang dimaksud tentu saja buta hati, tuli hati, dan bisu hati, bukan kepala. Inilah yang ditunjuk oleh orang Indian tersebut. Menurut orang Indian tadi, orang barat berpikir dengan menggunakan kepalanya. Makanya, tidaklah mengherankan jika mereka melakukan eksploitasi dan perbudakan terhadap manusia dan bangsa lain hingga kini. Termasuk pemusnahan suku Indian yang pernah hidup di benua Amerika.
Rasulullah SAW bersabda, “Ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Akan tetapi jika rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama hati.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini, dapat dipahami secara lahiriah dan batiniah. Secara lahiriah, parameter hati ada pada jantung bukan liver. Jantung memiliki fungsi yang sentral dalam tubuh ini. Jika jantung rusak, maka matilah kita. Begitu juga jika jantung ruhani – hati atau jiwa – kita yang rusak, maka binasalah kehidupan ini. Hati merupakan tempat terjadinya resonansi. Secara sederhana resonansi adalah penularan getaran kepada benda lain. Contoh yang paling sederhana, lihatlah pada sebuah gitar akustik yang mempunyai tabung resonansi dimana lubangnya menghadap ke deretan senarnya. Jika senar tersebut dipetik dan digetarkan, maka udara di dalam ruang akan teresonansi dan ikut bergetar. Sehingga, gitar tersebut akan menghasilkan suara yang keras dan merdu. Berbeda bila lubang ditutup, maka resonansi tidak terjadi. Akibatnya, suara yang terdengar sangat pelan dan ceper.
Hal serupa juga terjadi pada hati kita. Ibarat tabung gitar tadi, hati kita akan melahirkan resonansi getaran yang berbeda-beda pada saat kita berpikir dan berbuat sesuatu. Semua bergantung pada kualitas getaran dari niat hatinya. Semakin hati kita tulus dan mendekati sifat keilahian, maka hatinya akan bergetar ke arah kualitas yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lebih lembut dan halus.
Seorang yang pemarah atau temperamental cenderung memiliki emosi yang tak terkendali, yang kemudian akan mengeluarkan getaran kasar dari hawa nafsunya. Jantungnya akan berdetak-detak tidak karuan. Jika dilihat dengan menggunakan alat pengukur getaran jantung ECG (electric cardiograph), akan terlihat bahwa grafik yang dihasilkan sangatlah kasar dengan gejolak yang tidak teratur. Gejolak yang tak terkendali akan meresonansi dengan memengaruhi seluruh bioelektron di dalam tubuhnya sehingga menghasilkan panas tubuh dengan ciri-ciri fisik seperti telinga dan mata yang memerah, tubuh yang gemetar serta perkataan yang meledak-ledak tak terkendali. Panas tubuh tersebut merembet ke luar hingga dapat mempengaruhi hawa lingkungan sekitarnya. Makanya, hati kita pasti akan merasa tidak nyaman, ketika berdekatan dengan orang yang pemarah. Hawa ruangan pun akan menjadi panas dan membuat gelisah.
Berbeda jika kita berdekatan dengan orang yang ikhlas dan penuh kesabaran. Hati kita akan menjadi tentram dan damai. Mengapa bisa demikian? Sebab semakin lembut hati seseorang, semakin tinggi pula frekuensinya. Frekuensi 10 pangkat 8 akan menghasilkan gelombang radio. Dan, jika lebih tinggi lagi, frekuensi 10 pangkat 14, akan menghasilkan gelombang cahaya.
Bersambung

0 komentar:

Posting Komentar

mohon tinggalkan komen....plisssse

Facebook

 
Powered by Blogger