Facebook

Selamat Datang Di Blognya Dimas Taji Anggoro Rimbo Bujang Gooo!!!!!!! Terima Kasih Telah Mengunjungi Blognya Dimas Taji Anggoro Rimbo Bujang Gooo!!!!!!!

.

2

Jadi semakin lembut hati seseorang akan menghasilkan ‘cahaya’ di dalam hatinya. Dan ketika cahaya ini semakin menguat, maka ia akan merembet keluar menggetarkan seluruh bioelektron di dalam tubuhnya. Hasilnya, tubuhnya akan mengeluarkan cahaya alias aura yang jernih. Kita lebih sering menyebutnya sebagai inner beauty. Dan, jika kelembutan itu semakin menguat, maka aura atau inner beauty itu akan merembet semakin jauh memengaruhi lingkungan bahkan benda-benda di sekelilingnya. Seorang ilmuwan jepang, Masaru Emoto dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa air ternyata merespon setiap bentuk energi informasi yang bersumber dari hati, yaitu dengan menghasilkan bentuk kristal heksagonal yang bermacam-macam, bergantung pada baik buruk dari frekuensi pada kualitas informasinya.
Inilah yang kemudian disebut sebagai kekuatan jiwa. Ya, jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok yang lemah dan mudah terpengaruh. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang kuat pula. Tentu saja, bukan sekedar dalam arti fisik, melainkan kekuatan pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan ini. Anda dapat melihat betapa besarnya kekuatan yang ditebarkan oleh Bung Karno sebagai ahli pidato. Ia bisa memengaruhi ribuan orang dengan kata-katanya. Ribuan orang terpesona dan rela berpanas-panas, berdesak-desakan, berjuang dan berusaha mengikuti apa yang beliau pidatokan. Kita pun dapat melihat bagaimana kampanye pidato Obama yang menyedot perhatian jutaan orang pengagumnya di Amerika dan seluruh dunia.
Anda juga dapat merasakan, betapa hebatnya kekuatan yang digetarkan oleh Mozart dan Beethoven lewat karya-karya musiknya. Berpuluh tahun karya mereka dimainkan dan berhasil memesona banyak musikus dan penikmat musik di seluruh dunia. Atau, yang lebih dahsyat lagi, adalah kekuatan yang terpancar dari jiwa Rasulullah SAW. Kelembutan dan kesucian hati Beliau yang lalu terpancar dalam keteladanan yang beliau tampakkan telah mampu “menggetarkan” semua orang pada masanya. Bahkan, hingga kini, “getaran” tersebut mampu menggerakkan satu setengah miliar umat manusia di seluruh penjuru planet bumi ini untuk mengikutinya.
Begitulah, kekuatan jiwa kita berbeda antara satu dengan yang lain. Kekuatan jiwa ini bergantung pada kualitas hati masing-masing. Seseorang boleh jadi dapat melihat dengan menggunakan kedua matanya, mendengar dengan menggunakan kedua telinganya, dan meraba dengan kulitnya. Akan tetapi perlu kita ketahui, bahwa orang yang melihat belum tentu memahami apa yang ia lihat. Orang yang mendengar pun belum tentu memahami apa yang ia dengar. Begitu juga orang yang meraba, belum tentu memahami apa yang dia raba. Namun, kejadiannya bisa sebaliknya, bahwa sesorang bisa memahami persoalan tertentu tanpa dia harus melihat, mendengar atau merabanya secara fisik. Apakah yang bisa menjadikan Beethoven begitu piawai dalam menciptakan karya musiknya yang spektakuler? Padahal dia adalah seorang yang tuli, tidak mampu mendengar suara ataupun irama musik. Tentu saja, ia menggunakan jiwa dan hatinya di dalam menciptakan, dan merasakan seni keindahan musiknya.
Maka dari itu, dalam shalat pun yang kita aktifkan adalah hati, sedangkan panca indera kita tutup rapat-rapat. Bukan lagi dengan panca indera ini kita berkomunikasi dengan Tuhan, melainkan dengan hati. Bahwa dzikir itupun letaknya di hati, bukan di mulut. Mata berkedip itu dzikir, bila hatinya selalu ingat kepada Allah. Sebagaimana dengan ikhlas letaknya juga di hati, bukan di mulut. Cinta dan benci pun bersarang di dalam hati. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan beragama, orang yang selalu bertindak dengan menggunakan hati jernihnya, tidak mudah untuk diadu domba oleh segelintir provokator. Tidak mudah bertindak anarkis di dalam menghadapi setiap masalah yang membelit kehidupannya. Hidupnya selalu dipenuhi oleh cinta, kasih sayang dan toleransi. Hatinya pun tergetar saat disebut nama Allah. Tergetar karena keagunganNya dan betapa kecil dirinya dihadapanNya. Mereka itulah orang-orang yang beriman. FirmanNya: (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. (Q.S Al Hajj[22]: 35).
Hati manusia bagaikan ruang kaca yang di dalamnya terdapat pelita. Manakala semprongnya atau dinding kacanya kotor, tentu saja semakin sulit baginya untuk menangkap petunjuk ilahi. Untuk itu, marilah senantiasa kita asah hati ini dengan melakukan serangkaian ibadah dan dzikir dalam segala aktifitas sebagai penyuci jiwa. Dengan begitu, ketika mata kepala ini tertutup, maka terbukalah mata hati, dan terbukalah hijab tirai-tirai ilahi yang membelenggu jiwa. Dan ketika itu, tak ada yang dilihatnya kecuali Allah sang Rabbul ‘alamin….... Walahu’alam.

0 komentar:

Posting Komentar

mohon tinggalkan komen....plisssse

Facebook

 
Powered by Blogger